Dear Woman of God, Especially Mothers out there
Beberapa minggu lalu Saya menghadiri misa 40 hari kepulangan adik Maria Skolastika Dewi Kinanti yang meninggal dalam kandungan ibunya, hanya 1 minggu sebelum kelahirannya di dunia (menurut jadwal).
Adik ini bernama Dewi Kinanti, karena ia adalah seorang Dewi kecil yang dinanti-nantikan oleh seluruh keluarga yaitu ayah bundanya dan ke 4 kakak lelakinya, karena ia akan menjadi ratu kecil dalam keluarga setelah bertahun-tahun bundanya menjadi satu-satunya ratu dalam keluarga.
Ayah Bunda adik Maria kembali mensharingkan pengalamannya, dan saya masih meneteskan air mata.
Air mata sedih? Mungkin ya, tetapi lebih banyak air mata luapan hati saat menyadari kewanitaan saya dan menyadari arti menjadi Ibu.
Saya belum menjadi Ibu, saya tidak tahu kapan saya diberkati rahmat bisa menjadi ibu, tapi saya tahu satu hal, ada kekuatan cinta yang tidak terbendung saat seorang wanita menjadi seorang Ibu.
Wanita menjadi sangat kuat saat Ia menjadi seorang Ibu.
Kekuatan yang mampu mengalahkan dunia dan si jahat karena cinta yang begitu besarnya.
Wanita berasal dari kata latin femina, yang berasal dari akar kata yang mengacu pada kata ‘breastfeeding’ atau menyusui.
Menyusui adalah satu proses nurturing yang dilakukan secara alamiah oleh sang ibu sejak hari pertama kelahiran anaknya.
Menyusui selalu menjadi aktivitas pemberian diri untuk hidup sang anak.
Hari gini emang sudah banyak susu botol, tapi itu tetap susu sapi, dan susu ibu adalah yang terbaik.
Hakekat awal kewanitaan adalah menerima.
Wanita tercipta dari daging dari daging ku dan tulang dari tulang ku kata Kitab Suci, dan karena kemampuan wanita menerima cinta inilah, ia kemudian dapat memberikan keseluruhan dirinya untuk kembali mencintai.
Masalahnya… si jahat selalu memakai segala cara untuk menggoda wanita.
Sejak awal penciptaan melalui kenapa ular menggoda Hawa - bukan si Adam?
Si jahat tahu bahwa dari wanita yang mampu menerima kasih Allah secara utuhlah akan tercipta kekuatan yang luar biasa karena lewat menerima ia akan memberi dan menciptakan manusia-manusia baru yang mengerti arti kasih dan mampu mencintai kembali.
Hati manusia selalu rindu diisi oleh cinta.
Tetapi luka, dosa, trauma, kegagalan dan banyak masalah yang menimpa hidup, membuat hati manusia menjadi banyak bocor di sana-sini. Sehingga berapapun cinta yang masuk ke dalam hati itu rasanya tidak pernah cukup karena hati itu bocor di sana-sini.
Wanita membutuhkan hati yang penuh dengan kasih karena ia harus memberikan dirinya kepada sekelilingnya, sehingga hati wanita harus penuh oleh cinta supaya ia bisa melakukan dan menghayati panggilan kewanitaannya dengan suka cita dan memuliakan Tuhan.
Rahim hanya ada di tubuh wanita.
Sehingga panggilan untuk melahirkan anak hanya diberikan ekslusif kepada wanita. Sekuat apapapun seorang lelaki - tetapi ia tidak mempunyai rahim.
Ini karena hakekat wanita yang sejak awalnya adalah menerima pembuahan, dan kemudian karena ia telah menerima cinta, ia mengandung buah cinta tersebut dan kemudian melahirkannya dan memberikan seluruh tubuh bahkan kehidupannya kepada anak yang dilahirkannya.
Mungkin ini yang disebut oleh kasih Ibu tiada batas.
Seharusnya bila hidup kita dipenuhi oleh cinta, tubuh ini siap untuk terus menerima cinta Tuhan dan terus mau member dan berbagi dengan kemurahan kehidupan yang Tuhan berikan kepada kita.
Pada saat itu lah tubuh kita, hidup kita, seluruh keberadaan kewanitaan kita bukan milik kita lagi, tetapi menjadi milik sang pencipta yang telah memanggil kita menjadi wanita sejak awalnya.
Melihat sang bunda yang mensharingkan bagaimana melahirkan buah hatinya yang sudah ia ketahui meninggal, hanya 1 minggu sebelum kelahirannya membuat hati saya bergetar.
Saya pernah membantu kelahiran seorang ibu dengan anak yang meninggal di dalam kandungannya, dan saya hanya bisa membayangkan - bagaimana perasaannya?
Tetapi dengan ketabahan dan cinta yang penuh, sang bunda ini melahirkan sang buah cinta dan memberikan seluruh dirinya - melakukan yang terbaik sampai kapanpun ia bisa lakukan. Itulah arti seorang ibu.
Katanya anak adalah titipan Tuhan, itu sebabnya kita tidak bisa berbuat apa-apa saat sang empuNya memanggil kembali seorang anak dengan satu tujuan, mencintainya secara penuh dan dengan kasih yang sempurna.
Anak itu titipan Tuhan itu sebabnya kita sepertinya tidak mempunyai ‘hak’ atas seorang anak, tetapi punya kewajiban penuh untuk mendidiknya sebaik mungkin karena ia dititipkan sang pencipta dalam perlindungan kita di dunia.
Waktu saya melihat ini, saya memahami apa artinya “Mencintai sampai terasa sakit” seperti yang Ibu Teresa katakan.
Semua ini hanya bisa kita lakukan bila kita dipenuhi oleh cinta Tuhan.
Pengertian betapa Allah begitu percaya pada wanita seharusnya membuat kita bersyukur.
Bersyukurlah karena kita semua diberkahi kekuatan yang luar biasa untuk menjadi seorang wanita.
Kekuatan yang di luar apa yang kita bayangkan.
Magnificent Power of Giving (=Loving).. that’s what we are!
Let’s rejoice for everything.
We are called to be a woman.
Believe me… It’s not without a purpose.
Let’s celebrate our womanhood, let’s give and share the love we already received from Him.
Dedicated to all great women I know,
Esp: Mother Mary, Mbak Devi (thanks for your generosity to life), Mbak Sandra, Aunt Linda and My Mom(s)
Thanks for the inspiration of your womanhood to me
Witnessing your life makes me proud to be a woman!
June 17, 2009
Comments