top of page
Writer's pictureLia Brasali Ariefano

When Feeling is Overrated: What to do?

Updated: Oct 1, 2021



Baper insight#1

(soalnya bakal ada tulisan soal baper insight berikutnya - doakan mood saya hadir)


Judul ini muncul di kepala karena akhir-akhir ini saya cenderung ke-baper-an.

Gara-gara nonton drakor kebanyakan kayaknya.

Tetapi kalau dipikir-pikir, memang banyak keadaan di mana perasaan dirasakan dan diprojeksikan tidak pada tempatnya.

Ada dua pendekatan yang menarik dari perasaan ini.


Pertama, terjadi pada orang yang tidak biasa 'bertemu' dengan perasaannya sendiri. Mungkin karena latar belakang bagaimana ia dibesarkan, di mana ia tidak melihat dan merasa - bagaimana perasaan bekerja karena semua begitu dingin, kaku, dan ngga flekxibel seperti robot.

Kedua, di kutub satunya lagi, di mana semuanya adalah atas nama perasaan. Apa yang dirasa adalah kebenaran dan keputusan. Ini juga mungkin terjadi karena latar belakang luka, trauma, atau trust issue.


Allah menciptakan kita sesuai gambar dan rupa Allah. Jadi perasaan atau emosi kita adalah sebuah karunia yang diberikan kepada kita. Emosi dan perasaan kita bisa positif atau negatif tergantung dari situasi kondisi dan dinamika relasi kita terhadap sesama. Emosi dan perasaan bukan apa yang kita pikirkan. Emosi dan perasaan adalah respon dari hati kita yang adalah bagian penting di mana Allah juga ingin kita mengerti perasaan Allah seperti love, joy, compassion, grief, and even anger.


Sering kali perasaan menjadi pusat dari reaksi, tindakan, bahkan dasar keputusan kita. Perasaan tidak pernah salah, bahkan Yesus pun pernah marah. Tetapi yang membuat sebuah perasaan menjadi sesuatu yang benar atau salah adalah bagaimana kita merespon perasaan tersebut. Ada beberapa hal yang harus dianalisa pada saat kita merasakan sesuatu:

  1. Perasaan sering kali tidak akurat. Ini cerita masa SD saya. Di mana saya merasa teman-teman saya tidak mau bermain dengan saya karena saya tidak menyenangkan. Rasa yang saya percayai itu membentuk saya menjadi orang yang punya gambar diri yang buruk soal relasi pertemanan.

  2. Perasaan itu sementara (temporary). Sebuat artikel mengatakan: “When a person has a reaction to something in their environment, there’s a 90 second chemical process that happens in the body; after that, any remaining emotional response is just the person choosing to stay in that emotional loop."(1) - itu sebabnya karena ini hanya sementara, akan sangat berbahaya bila kita mengambil keputusan di saat kita sedang dalam emosi yang negatif, atau emosi yang positif.

  3. Perasaan tidak dapat mengatakan apapun. Sesuatu benar/salah. Ingat cerita saya soal apa yang saya rasakan pada saat SD? 30 tahun kemudian, saya bertemu lagi dengan mereka di WAG SD dan kemudian saya mengungkapkan perasaan saya yang saya percayai 30 tahun yang lalu, dan menanyakan, apakah itu benar? Suprisingly, mereka bilang mereka tidak ingat kalau mereka pernah berpikir saya tidak menyenangkan dan semua perasaan saya itu benar-benar tidak akurat dan tidak benar! What a waste 30 years. Lebih celakanya lagi, perasaan saya itu membentuk saya jadi seseorang yang punya gambar diri buruk dan mempengaruhi masa lalu saya. Konyol kan?

Perasaan menjadi salah satu mekanisme pertahanan hidup. Tetapi perasaan tidak menentukan jalan hidup kita ke depan. Perasaan memberikan satu petanda emosi atas suatu kondisi/keadaan. Tetapi keputusan kita terhadap perasaan/emosi tersebut lah yang membawa kita kepada sesuatu yang berdampak pada hidup kita saat itu atau di masa yang akan datang.


Tuhan memberikan kita kemampuan merasa karena Tuhanpun mampu merasa. Tetapi dari waktu ke waktu kita harus mengalami pembaharuan akal budi sehingga akal budi yang telah terjamah oleh kasih Tuhan, pengertian akan Tuhan, dan pengalaman akan Tuhan - mampu mengarahkan hati ke arah yang benar. At the end of the day, sikap hati kitalah yang akan menentukan apakah kita benar di hadapan Allah.


I am talking to gals (including myself!).

Lead your heart. Lead your feeling. Because yes feeling can be overrated.

Tetapi feeling juga adalah kekuatan kita sebagai perempuan, saat kita mampu mengendalikan dan memutuskan apa yang benar dan memuliakan Tuhan.

Misalnya: kita merasa sakit hati dan sulit mengampuni, tetapi pada akhirnya, pengampunan bukan suatu perasaan, karena perasaan itu bisa datang dan pergi, tetapi keputusan untuk mengampuni adalah keputusan yang akan mengarahkan kita pada sesuatu yang benar di mata Allah.

Ehhh jangan salah mengartikan bahwa feeling itu ngga penting ya, like I mentioned above, perasaan tidak pernah salahm bahkan semua orang harus mampu get in touch with their feeling, tetapi ketika semua diputuskan berdasarkan perasaan, maka itu namanya reaktif dan seringkali, keputusan yang impulsif seringkali membawa kita pada penyesalan.


So, know your strength gals, don't let the devil deceive you!

Because we are God's image, and when feeling overrated, and your overwhelmed with it, let's decide to convert it to love (read: giving/sacrifice).


"Janganlah kamu menjadi serupa dengan duniai ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

(Roma 12:2)


Source:

  1. https://care-clinics.com/did-you-know-that-most-emotions-last-90-seconds/#:~:text=Menu-,Did%20you%20know%20that%20most%20emotions%20last%2090%20seconds%3F,can%20last%20a%20long%20time!

47 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page