Menunggu adalah suatu keadaan yang biasa kita lakukan.
Menunggu sudah ada di dalam kurikulum kehidupan kita sejak dini.
Seumur hidup adalah pelajaran bagaimana kita bisa bersahabat dengan menunggu.
Menunggu pengumuman penerimaan sekolah/universitas;
Menunggu pasangan hidup yang sepadan. Umur jalan terus dan belum ada tanda-tanda batang hidung calon pasangan hidup;
Menunggu kapan pandemi ini berlalu, apa yang akan terjadi dengan usahaku/pekerjaanku;
Menunggu hasil diagnosa penyakit;
Menunggu anak yang diberikan Tuhan dalam pernikahan;
dan masih banyak moment waiting lainnya.
Saat menunggu di tengah ketidak-pastian membuat kita merasa the clock is ticking very slowly - but sometimes esp. for women, we feel like our biology clock is ticking even faster then it should be!
Rasanya seperti terperangkap dalam time capsule - waiting to be (hopefully) discovered in the future.
Kita tidak bisa menghindar dari menunggu, jadi bagaimana kita menyikapi periode menunggu dalam hidup kita?
Yesus ada di time capsule itu bersama dengan kita, apapun kondisi hidup kita
Pengetahuan ini penting untuk selalu diingat, terutama karena menunggu sendirian terasa lebih lama dan mencekam dibanding bila bersama seseorang.
Masalahnya, tahu Yesus ada di situ saja tidak cukup.
Sering kali kita melupakan hal ini, dan biarpun kita ingat, apakah kita percaya?
Kabar baiknya, percaya atau tidak percaya tidak pernah menghilangkan kenyataan bahwa Allah berjanji: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut, jangan gemetar karena apapun juga karena TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6)
Apa yang kita lakukan selama menunggu di time capsule itu penting!
Bagian inilah yang membedakan hasil penantian kita. Ada 2 cara yang bisa dipilih saat periode menunggu:
Seseorang yang pasif berharap sesuatu yang baik akan terjadi tetapi hanya duduk menunggu, tanpa melakukan apa-apa. Setelah beberapa saat, dia menyerah, lalu berkata:
"Saya sudah menunggu, memang nasib saya buruk.” atau “Yaaahh saya kan korban.”
Orang yang menunggu dengan pasif seperti orang yang lumpuh dan menyerah pada keadaan.
Or let me rephrase, jangan-jangan orang ini tidak tahu apa yang dia mau.
Cara yang kedua adalah Actively Waiting. Orang-orang yang menunggu secara aktif adalah orang yang memutuskan untuk terus berharap dan percaya. Apapun yang terjadi dia berkata: “Saya sudah membakar semua jembatan di belakang, Saya tidak punya jalan lain selain melangkah ke depan dengan harapan dan percaya.”
Ia bangun di pagi hari dengan berkehendak kuat untuk percaya: the best is yet to come in his/her life.
When the time capsule is found
Artinya ketika masa penantian kita telah usai.
Seorang yang memilih menunggu secara pasif tidak akan mendapatkan apapun, karena mereka sudah memutuskan untuk berhenti. Seringkali yang terjadi orang ini akan menjadi pahit akan hidup, trauma, pesimis, dan kehilangan semangat untuk melanjutkan hidupnya.
Tetapi kabar baiknya, orang-orang yang memutuskan untuk menantikan Tuhan secara aktif akan menghidupi janji Tuhan ini: “Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31)
Yesaya memberikan perumpaan rajawali yang terbang dengan kekuatan sayapnya bagi orang yang menunggu secara aktif.
Tahu bagaimana Rajawali dapat terbang tinggi dengan sayap kokohnya?
Rajawali adalah satu-satunya burung yang mengajarkan cara terbang kepada anaknya. Burung lain tidak melakukan itu. Bagaimana Rajawali melatih terbang anak-anaknya?
Melalui cara yang keras! Rajawali mencengkeram anaknya, dibawanya terbang tinggi, kemudian dilepaskan. Pada saat itulah anaknya berusaha untuk mengepakan sayapnya agar ia bisa bertahan hidup. Tidak jatuh ke tanah. Ketika ortu Rajawali melihant anaknya akan jatuh ke tanah, disambarnya dan diselamatkan anaknya untuk diterbangkan. Demikian seterusnya dilakukan sampai si anak pandai terbang.
Masa menunggu bagi anak Rajawali adalah saat ia dilepaskan dan berusaha terbang. Rasanya pasti seperti mau mati (literally!). Tetapi saya percaya, dari pengalaman dijatuhkan yang pertama, kedua, sampai yang kesekian kali, otot sayap anak Rajawali itu akan terbentuk makin lama makin kuat karena ia secara aktif berusaha mengepakan sayapnya. Otot yang kuat tercipta saat ia setia menunggu sambil berusaha dan percaya bahwa ortunya tidak akan membiarkan dia celaka.
Judul dari tulisan ini adalah What to do When You're Like Being Trapped in Time Capsule. Time Capsule itu adalah kayak box yang diisi barang-barang fav untuk disimpan dalam tanah untuk dibuka bertahun-tahun kemudian.
Ada saat kita rasanya seperti juga mau mati saja pada saat menunggu.
Pada orang-orang pasif, akhirnya mereka literally die – spiritually, mentally, even physically.
Tetapi pada orang-orang yang memutuskan untuk aktif terus berharap kepada Tuhan, seperti anak Rajawali tadi, ia akan meneruskan hidupnya menjadi orang-orang yang mempunyai otot harapan dan percaya yang makin lama makin kuat.
Ia akan terus berjalan dan tidak merasakan lelah.
Mereka akan berlari dan tidak menjadi letih.
Itu janji Tuhan pada orang-orang yang terus menaruh harapan kepada Tuhan.
Orang-orang yang secara aktif menunggu akan diijinkan Tuhan melihat banyak perkara besar dalam hidupnya.
Orang-orang yang setia dan terus percaya menunggu penggenapan janji Tuhan akan melihat bagaimana Allah sendiri akan berperkara dalam hidupnya dan membela penantiannya.
So don't give up!
Don’t stop believing!
Stay full of hope and expectation on God.
God's power is limitless, and He'll break through for you.
Grant me, O Lord my God, a mind to know you, a heart to seek you, wisdom to find you, conduct pleasing to you, faithful perseverance in waiting for you, and a hope of finally embracing you.
Amen.
(St.Thomas Aquinas)
So help us God!
(LbA)
Comments