Kemarin baru saja saya mem posting tulisan: bagaimana memaafkan dan melupakan.
Baru-baru ini saya teringat satu konflik yang ada di dalam hati saya, konflik membuat saya begitu bergumul, dan merasa lelah sekali karena perasaan sulit mengampuni yang ada di dalam hati saya. Perasaan ini sudah bernanah dan membusuk dalam hati saya bertahun-tahun yang lalu.
Rahmat Tuhan memulihkan hati saya 2 tahun yang lalu.
Tapi proses penyembuhan dari luka yang sudah bernanah bertahun-tahun, belum dapat pulih dengan sempurna begitu saja.
Rasa nyeri nya kadang masih terasa sampai hari ini. Dan efeknya hari ini, setelah saya menikah, efek luka itu juga menyakiti orang disekitar saya, terutama suami saya.
Pagi ini, saya melihat beberapa cerita kehidupan.
Seorang suami dan ayah dari 2 anak: seorang anak perempuan berusia 4 tahun dan seorang anak laki-laki bernama Tyler yang berusia 6 bulan.
Tyler begitu lucu dan mirip dengan ayahnya. Tyler sangat disayangi oleh orang tua dan kakak perempuannya.
Setiap pagi sang ayah bertugas mengantarkan anak perempuannya ke Day Care, sedang anak laki-lakinya pergi bersama ibunya.
Pagi dalam keluarga selalu menjadi pagi yang selalu hectic bagi pasangan muda ini.
Sampai satu pagi di hari Senin, sang ayah bertukar tugas dengan istrinya. Hari itu ia yang bertugas membawa Tyler - bayi laki-lakinya untuk di drop di rumah ibunya karena sang istri harus menemani anak perempuannya ke sekolah.
Sang ayah menaruh Tyler di kursi belakang dengan kursi bayinya dan segera bergegas ke kantor karena presentasi dan meeting klien yang sudah menunggunya. It will be long busy day for him.
Tetapi dalam perjalanan - Sang ayah lupa dan Ia langsung menuju ke kantornya. Sesampainya di kantor, karena pikirannya sudah terisi penuh dengan rentetan meeting dan presentasu hari itu, ia bergegas turun dari mobilnya dan langsung masuk ke dalam kantor untuk mengerjakan tugasnya.
Sampai 3 jam kemudian, seseorang masuk ke dalam kantor sambil berteriak-teriak memanggilnya, dan berkata: ”Your baby… your baby…!!!”
Sesaat sang ayah masih belum mengerti maksudnya, sampai orang ini berkata lagi: “Tyler… Tyler…!”
Dalam sekejab Ia teringat dan Ia langsung berlari menuju mobilnya, dan mendapati Tyler masih ada di kursi belakangnya, terlihat tidur seperti boneka, tetapi berwarna kebiruan.
Tyler ada di jok belakang mobil, dengan jendela tertutup, terikat di seat belt kursi bayinya, dibawah sengatan matahari musin panas yang mencapai 40 derajat Celcius.
Sampai hari ini sang ayah belum dapat memaafkan dirinya.
Sang istri mengampuninya, tetapi pria ini belum dapat memaafkan dirinya.
Memang kadang lebih sulit memaafkan diri sendiri, dari pada memaafkan orang lain.
Cerita lain:
One young woman from Venuzuela, berumur 20 tahun.
Cantik, berwajah khas Venuzuela. Ia meninggalkan negara nya untuk belajar di Amerika.
Ia menikmati masa sekolahnya, sampai satu malam - dalam perjalanan ke sebuah pesta bersama 2 sahabat wanitanya, mereka tertabrak sebuah mobil dengan pengendara muda yang setengah mabuk.
Mobil mereka terbakar, 2 sahabatnya tewas seketika, dan ia terjebak dalam kobaran api yang membakar mobil tersebut.
Seluruh tubuhnya terbakar. 10 bulan ia ada dalam keadaan koma, dan setelah itu menjalani lebih dari 50 operasi rekonstruksi karena ia kehilangan telinga, seluruh kulit kepala yang rusak sehingga tidak ada satu sel rambutpun yang mampu bertahan hidup.
Mata yang rusak, yang kemudian bisa melihat lagi denga transplantasi kornea yang dilakukannya. 2 lubang hidung yang mirip seperti gorilla dan tidak sama besar.
Ia menjadi seorang monster. Anak-anak berlari saat melihatnya, dan orang-orang di sekelilingnya menjauhi dia.
Tapi yang mengangumkan dari wanita muda ini adalah… kemampuannya untuk mengampuni dan mensyukuri keberadaannya.
Dalam interview itu, ibu dari anak muda yang menabrak dia hadir, dan saat diberi waktu untuk mengatakan sesuatu kepadanya, ibu ini tidak dapat berkata-kata kecuali menangis dan meminta maaf. Dan ‘monster’ wanita itu memeluk ibu dari orang yang menabraknya dengan berkata,”It’s okay… It’s really okay…” disertai dengan tepukan tangan seluruh penonton yang hadir di studio itu, dan cucuran air mata haru melihat sebuat hati yang mau memaafkan menyembuhkan seseorang.
Saat ditanya kenapa wanita ini mau memaafkan penabrak nya yang setengah mabuk itu, karena itu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab - Perempuan muda ini hanya mengatakan: "I am happy I can livee, and forgiving is good for the soul.”
What an amazing lady…
Dear all Catholic Women of God out there,
Forgiving is good for the soul.
Kadang hal ini tidak terpikirkan oleh kita - bahwa memaafkan diperlukan bukan untuk kebaikan orang yang menyakiti kita, tetapi justru untuk kebaikan diri kita sendiri.
Tetapi rasanya pergumulan menuju ke arah sana tidak kunjung henti.
Kadang saya bertanya, apa jadinya kalau Tuhan kita berhenti memaafkan kita?
Apa jadinya hidup kita kalau pada saat jalan salibnya Tuhan Yesus ‘mogok’ jalan di tengah jalan dan berkata: ”Udahan ahhh… cukup sampe di sini… Saya sudah cape dengan ini semua…”
Apa jadinya dunia ini, kalau Allah Bapa di surga berhenti mengalirkan belas kasihaanNya atas bumi ini?
Yes… What If He Stops…?
Berita buruknya adalah kita sering gagal untuk melangkah dalam pengampunan.
Saya pribadi gagal berkali-kali.
Tapi berita baiknya adalah… HE NEVER FAILS!
Seperti Dia berhasil sampai di atas kayu salib dan membayar lunas semuanya, Dia bahkan 'berhasil' bangkit lagi dari kematian.
Dia tidak pernah gagal mengampuni kita, seberapapun beratnya dosa kita.
Menjadi seorang istri, ibu, atau apapun keadaan kita saat ini rasanya tidak akan lepas dari keputusan untuk mengampuni.
Pada akhirnya mengampuni menjadi sebuah keputusan, bukan lagi perasaan.
Mengampuni menjadi konskwensi dari cinta, dan tanda nyata dari cinta.
Untuk dapat mengampuni, tidak ada jalan lain kecuali memintakan rahmat dan kekuatan kepada Sang Empunya Kasih dan Pengampunan.
Let’s bless others with our forgiveness, let’s love others with our decision.
(lia b.ariefano)
Comentários