It's been almost 6 months since Indonesia announced the presence of Covid, and after that, our life is not the same anymore.
Saya sendiri kayaknya mengalami stress dari yang sadar sampai unconscious stress.
Bulan-bulan pertama Maret sp. Mei, saya ingat gimana saya sulit tidur membayangkan teman-teman sejawat (dan ada teman seangkatan juga) yang mulai bertumbangan satu persatu, and here I was, doing nothing. Mau ikutan jadi relawan, tetapi nyali kecil karena saya punya kondisi comorbid. Yahhhh... begitulah.
Merasa ngga berguna banget.
Bulan-bulan setelah itu, saya mulai bisa coupe sama keadaan, tetapi tetap saya merasa tidak berguna. Padahal bisa dibilang setelah kondisi WFH, saya malah berasanya jam kerja saya jadi ngga terbatas, dan saya merasa lelah fisik dan mental. Gampang sedih, depresi, pokoknya semua energy negatif kayak numpleg dalam diri saya.
Perasaan ngga berguna, ngga memberikan kontribusi apapun, tetapi mau melangkah juga malasnya luar biasa, yaahhh gitu deh... mudah-mudahan ada yang bisa relate sama perasaan saya.
Hari ini, hampir 6 bulan sejak keadaan baru ini kita hidupi. Kayaknya hidup mulai kembali seperti semula, cuma bedanya semuanya online, dan isi bensin cuma max 2x per bulan.
Hari ini saya mengisi comment atas IIG (kayak KPI tahunan perusahan) untuk pekerjaan saya di Fiscal Year 2020. Perusahaan tempat saya bekerja memang end of year nya adalah September 30 setiap tahunnya, jadi saya sudah ada dalam akhir FY2020.
Saya termenung, tidak tahu mau isi self assesement apa. Kayaknya saya kok ngga menggerjakan apa-apa tahun ini. Sampai karena putus asa, saya minta masukan dari boss dan salah satu teman kerja yang dekat dengan saya, minta masukan mereka, apa sih yang sudah saya kerjakan tahun ini?
Ternyata jawaban mereka, memberikan efek WOW kepada saya, ternyataaaa... saya ada gunanya juga.
Setelah saya menuliskan satu demi satu, saya terpana.
Saya menyadari. Kalau ini diakui sebagai pencapaian, pastinya ini bukan diri saya.
Banyak yang terjadi, yang melebihi batas kemampuan saya.
Banyak yang dicapai, yang melebihi batas espektasi saya terhadap diri saya.
FYI pencapaian saya bukan sesuatu yang spektakuler lho, tetapi dengan background medis, saya 'bisa melakukan' pekerjaan saya, ini tetap sesuatu yang membuat saya terus terheran-heran dan teringat akan apa yang Amsal katakan:
"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."
Mama saya selalu mengajarkan kepada saya, buat jangan lupa paling tidak memulai hari dengan tanda salib, sehingga hari itu menjadi doa kita dan membuat kita terus melibatkan Tuhan dalam segala laku dan keputusan kita. Maka Tuhan akan menuntun dan meluruskan jalan kita.
Saya bisa saksikan kalau itu benar-benar hidup dalam diri saya. Saya ingat banyak kali saya kembali ke Tuhan dan hanya berteriak dalam hati: Tuhan tolong!. Tugas yang diberikan kepad saya begitu diluar jangkauan saya. Seringkali saya merasa overwhelmed dan hanya bisa menyimpan dalam hati - tetapi at the end of it, I really could see how God guide me step by step.
Lucunya, beberapa week end lalu, saya dan salah satu adik perempuan (Elisabeth Marcella) yang baru saya kenal dari satu event online komunitas saya Domus Cordis, dan komunitas Cella JSM Makassar, iseng bikin satu project duet setelah saya terkesima sama permainan gitar Cella dan lagu yang baru pertama kali saya dengar melalui IG Cella itu.
Saya iseng ajak Cella duet, setelah saya jatuh cinta sama melodi dan lirik lagu itu.
Saat saya sedang menuliskan self assesement kerjaan saya, lirik lagu itu seakan menjadi jawaban atas berbagai pencapaian yang saya lakukan.
Baik untuk pekerjaan di kantor, lalu podcast baru Sepatu kaca bersama 4 sahabat perempuan saya lainnya, juga beberapa hal lain yang tetap berusaha saya kerjakan dalam keseharian saya.
Semua terjadi hanya karena tuntunan Illahi, di mana banyak hal yang mustahil akhirnya dapat saya lakukan.
Tuntunan Illahi melalui suami saya yang terus mendorong saya buat berkarya - dan selalu dengan senang hati menfasilitasi rekaman dan shoot video untuk Sepatu Kaca dan take untuk media lainnya.
Tuntunan Illahi melalui teman-teman perempuan saya, perempuan Sepatu Kaca: Yurika, Avi, Anast, dan Zhen yang mau bergandengan Tuhan mewujudkan satu karya yang mudah-mudahan berguna dan memberkati.
Tuntuhan Illahi melalui semua associates kantor saya, terutama team saya di Diagnostic System yang terus berusaha untuk menghadapi semua challenge di tahun ini.
Tuntunan Illahi melalui Cella yang memposting lagu ini di IGnya dan kemudian mau berduet dengan saya sehingga saya merasa begitu diberkati karena diingatkan betapa Tuhan selalu ada buat saya.
Kita diciptakan secara khusus, unik, dan beguna.
Masalahnya setiap kali, selalu ada bisikan yang akan menyeret kita untuk terseret arus ke bawah dan mengutuki bahwa diri kita tidak berguna.
Saat kita membuka hati kita dan meminta Roh Allah untuk membimbing kita.
Kemudian membiarkan Roh Allah bekerja dan berkarya, tidak akan ada yang mampu hentikan.
Kelemahan diri, bahkan kondisi pademi Covid sekalipun tidak mampu menahan Roh Allah bekerjan melalui diri kita bila kita mengijinkan Allah bekerja dalam diri kita.
Sehingga melalui apa yang kita buat, kita dapat menjadi kesaksian di manapun kita ditempatkan.
Kulakukan perkara yang mustahil.
Setiap hari bergerak dengan tuntunan Illahi.
Mari bangkit, dan meminta wisdom dari Allah Roh Kudus dan nantikan waktunya kita terpesona dengan apa yang Ia telah buat melalui hidup kita.
Thank you Franky Kuncoro for this song. Beautiful melody and powerful lyric.
I am so blessed with this song!
Comments