Perempuan hari ini banyak teralihkan dengan apa yang ia pikir penting, atau apa yang dunia pikir penting baginya.
Status menjadi sesuatu yang kayaknya bikin semua daya upaya yang seorang perempuan kerahkan supaya ia bahagia.
Status itu misalnya:
Status personal - jadi jomblo itu kayaknya kutukan segala abad. Tapi begitu ada pasangan juga ngga ada abisnya, kapan kamu menikah? Udah menikah pun kalau ngga punya-punya anak diomongin lagi, mandul lah, pernikahannya ngga happy lah....
Berikutnya Status pencapaian - kok karier masih gitu-gitu aja? Kamu kurang pinter ya? Atau peer pressure menggunakan semua branded stuffs, dari pakaian, tas, sepatu, Penerimaan kita dalam satu kelompok tertantu juga didasarkan pada pencapaian ini.
Lalu Status dalam masyarakat - bagaimana seorang perempuan mampu memberikan kontribusi atau pengaruh dalam masyarakat.
Belum lagi ditambah pressure social media berapa follower nya, apa yang orang pikir tentang hidupnya, belum lagi berapa mulus kulit muka kita.
Duhhh nulisnya aja sampe saya berasa deg-degkan. Kayaknya kok rempong dan berat amat ya jadi perempuan.
Perempuan sibuk dengan persamaan hak dengan lelaki, tetapi melupakan panggilan dan kekuatan utamanya sebagai perempuan. Saat inilah kita justru kehilangan kekuatan dan keunikan kita sebagai perempuan.
Salah satu quote dari Raden Ajeng Kartini mengatakan:
Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, tetapi satu-satunya hal yang benar-benar bisa menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.
Wisdom dari seorang pejuang perempuan Indonesia yang mencintai kaumnya, di mana ia menginginkan perempuan mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan, bukan kebohongan semata. Ia berjuang agat perempuan mendapatkan hak pendidikan dan tempat dalam masyarakat yang sesuai dengan keperempuannya dan ia pasti juga ingin melihat kaumnya bahagia.
Allah menciptakan perempuan dengan kesempurnaan.
Pilihan dan kehendak bebas ada di tangan kita untuk membawa kita kepada kebahagiaan sejati.
But at the end of the day, kita memutuskan bagaimana sikap kita menghadapi setiap situasi dan tantangan dalam hidup kita.
Apakah itu akan membuat kita menjadi perempuan yang lebih baik hari demi hari, atau justru menjadi seperti fallen Eve.
Teologi Tubuh yang diajarkan oleh St. Yohanes Paulus ke II mengundang perempuan untuk memeluk identitasnya sebagai Hawa yang belum jatuh ke dalam dosa.The Original Eve yang menghidup kesempurnaan panggilannya sebagai perempuan. Hawa yang memiliki semua kesempurnaan rencana awal penciptaan perempuan.
Mari bersama bawa setiap keputusan kita kepada Tuhan, asking for His grace everyday, Karena hanya karena belas kasihan dan rahmat Tuhan semua hal yang tadinya punya potensi menjatuhkan kita, dapat jadi kesaksian yang membangkitkan. Saat itulah kita bertanggung jawab atas kehidupan kita, dan karena segala upaya dan kerja keras bisa membawa kita ke puncak, tapi sikap, pilihan, dan dan keputusan kita akan menunjukkan bagaimana kita bisa bertahan untuk jadi perempuan yang bahagia dan jadi berkat bagi banyak orang.
Selamat Hari Kartini buat Perempuan Indonesia.
Semoga perjuangan Ibu Kartini tidak sia-sia.
Comments