I wrote this writing (below Christmas Spirit pic) 11 years go.
Today I launched my own blog website.
On Christmas time - bertahun-tahun setelah pertanyaan Saya: "Can I have my Christmas Spirit back?"
Christmas is the time of hope, peace, and love. Saat Kita terus percaya akan Allah yang ingin selalu lahir dan hadir di dalam hati Kita, tunggulah saat Kita berkata: "Could it Be Magic?"
For me this blog is a magic.
Magic on how God never fails to capture my heart.
Magic on how peace and joy of God is a fairy tale.
May the love, peace, and joy of Christmas be with us all.
Can I have my Christmas Spirit Back?
December 18th, 2008
Itu pertanyaan yang Saya tanyakan ke suami Saya malam ini.
Rasanya sudah lamaaaaaaaaaaaaa sekali, Saya kehilangan Christmas Spirit itu.
Bahkan yang ada Saya merasa seperti The Grinch, yang sangat membenci Christmas dan ingin mencuri kebahagiaan Christmas semua orang, sehingga semua orang tidak dapat menikmati kebagiaan Natal.
Saya inget nonton film ini di tahun 2000, saat di mana Saya sedang kembali mengalami kehancuran di saat-saat Natal.
Sayatahu perasaan ini tidak datang tiba-tiba. Banyak trauma-trauma yang terjadi dalam hidup Saya setiap kali bulan Desember datang.
Waktu semua orang sedang menikmati masa-masa Natal, bertahun-tahun Saya ada di rumah dan ketakutan setengah - karena mama Saya selalu kambuh sakitnya di masa-masa menjelang Natal. Di tengah ketakutan itu Saya berdoa sekuat tenaga, meminta Tuhan yang lahir di saat Natal menyembuhkan Mama Saya… tapi itu tidak pernah terjadi… dan Saya selalu harus melalui Natal dengan perasaan yang galau. Jauh dari perasaan damai. Itu berjalan selama lebih dari 15 tahun. Berulang setiap tahunnya.
Satu kejadian lagi - and I don't know what happen with Christmas. Kejadian itu juga terjadi di masa menjelang Natal.
Saya mengalami sesuatu dalam hidup Saya di mana Saya merasa tertolak.
Saya merasa seperti sampah.
Saya merasa jadi perempuan yang bodoh sebodoh-bodohnya sehingga Saya muak dengan diri Saya sendiri.
Di malam Natal waat itu, Saya menangis histeris sendirian di kamar, sampai Saya sampai muntah bercampur darah.
Melihat darah di dalam muntahan itu - Saya pikir Saya akan mati saat itu juga.
Perasaan marah, benci, merasa dibohongi oleh orang yang Saya percaya membuat Saya makin membenci kenyataan bahwa saat itu adalah Malam Natal.
Malam ini saat nonton Christmas Show di TBN, show yang bagus. Rasanya show itu memberikan 'sedikit' rasa-rasa damai tetapi kemudian Saya kembali ada dalam ketakutan - what if... ini semua cuma ilusi?
Saya kembali menanyakan pertanyaan ke suami Saya:
"Dengan semua yang gw alami, suliiiiiiiit lit lit lit sekali merasakan excitement menjelang Christmas. Yang ada adalah rasa berjaga-jaga bahwa akan terjadi sesuatu."
Suami Saya menjawab dengan satu penjelasan yang indah:
A Night Before Christmas.
Bayangkan A Night Before Christmas… apa yang terjadi?
Maria dan Jusuf berjuang mencari penginapan.
Ketakutan dan mendapatkan tension dari Herodes. Di tengaah kenyataan Maria yang sudah kesakitan karena segera melahirkan. Tidak ada Christmas Concert malam itu, tidak ada pesta, tidak ada tukar kado, tidak ada perasaan yang membahana di antara kedua suami istri ini.
Tidak ada keluarga yang berkumpul, tidak ada baju baru, tidak ada apapun! Yang ada hanya perasaan cemas, kuatir, sedih, terluka, tertolak, dan mungkin… di ambang putus harapan! Saya membayangkan bagaimana perasaan Jusuf sebagai suami, yang melihat istrinya dengan perut besar kelelahan, dan dia sebagai seorang laki-laki merasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi istri dan anaknya. Saya membayangkan bagaimana perasaan Maria sebagai calon ibu, yang kelelahan dan mungkin sudah mulai menahan rasa nyeri, bagaimana khawatirnya ia membayangkan anaknya mungkin bisa lahir di jalanan bila mereka tidak bisa mendapatkan tempat berteduh. Apa yang harus Maria katakan? Ia melahirkan Anak Allah di tengah jalan?
Tetapin in contrary, Yesus memilih untuk hadir di tengah semua perasaan ini.
Yesus memilih untuk lahir di tengah chaos kehidupan suami istri Jusuf dan Maria.
Yesus memilih hadir dan menggantikan semuanya itu dengan sukacita, kelegaan, kebahagiaan, pemulihan hati, dan lebih dari segalanya harapan yang baru, karena Yesus yang dijanjikan sebagai Juru Selamat telah lahir.
Yesus lahir ke dunia ini seakan menyapa kedua orang tuanya… “Mom Dad.. I am here now. Everthing will be ok…!” Yes… a night before Christmas… semua yang berantakan dipulihkan karena kehadiran Yesus.
Suami Saya selesai berkhotbah! hehehe.. (Praise God for him, biarpun kadang Saya suka setengah ‘daaaaaa’ (read: don't know what to express) dengerin dia ngomong, but Thank God I Have him as my hubby!)
Rasa di hati Saya belum berubah.
Still I ask: Can I Have My Christmas Spirit Back? Tapi ada sedikit rasa sejuk mengalir di hati Saya setelah mendengar 'khotbah' singkat suami Saya.
Satu harapan baru… Yes.. one day.. i will have my Christmas spirit back… don't know when, don't know how.
Tetapi Yesus lahir membelah malam yang penuh dengan semua kegalauan hati Saya one day so I can have my Christmas Spirit Back.
Because He is Emmanuel. He’ll be with me always. Everything will be all right and my heart will be healed.
And when the time come.. I can have my Christmas Spirit back! Please pray for me.
sorry I don't say Merry Christmas - I don't feel like want to say it.
Happy holiday everyone.
Comments