Sebuah pepatah Yahudi mengatakan “Who finds a faithful friend, finds a treasure.” Yes… saya setuju dengan pepatah itu.
Bertahun-tahun lalu di pertengahan masa perkuliahan, Saya bersahabat dengan seseorang. Sebut saja Ia bernama ‘Treasure’. Seumur hidup, Saya selalu dikelilingi teman wanita.
Tapi belum pernah saya merasa sedekat itu dengan seorang teman wanita.
Saya ingat… awal persahabatan kami terjadi karena perbincangan saat Treasure menceritakan kisah putusnya dia dengan mantannya.
Kekasih pertamanya, yang membuat dia begitu terluka. Sejak itu kami berdua hampir selalu bersama.
Aktif dalam kegiatan kerohanian, selain ketemu di kampus dan menghabiskan waklu luang bersama. Tak lama setelah itu giliran Saya dalam proses putus dengan mantan tunangan Saya.
Saat itu… Treasure yang banyak membela Saya di depan mantan Saya,
Treasure yang banyak disalahkan, dan Treasure ada di saat Saya begitu bimbang akan banyak hal dalam kisah percintaan Saya waktu itu. Saat itu Treasure juga sedang dalam masa pergumulan hidupnya.
Tidak ada yang lebih indah dari kenangan membuat rekaman nyanyi bersama (karena kita berdua sama-sama hobby nyanyi).
Mual dan muntah sama-sama.
Hampir gila ngutak-utik pop and smtp email sama-sama (karena waktu itu para lelaki kami ada di luar Jakarta dan jaman e-mail masih pakai CBN dan Centrin hahaha)
Ngobrol di telpon sampai subuh.
Punya mimpi bikin album rekaman sama-sama. Rasanya tidak pernah ada tawa yang selepas waktu-waktu itu.
Waktu berlalu… dan berbagai kejadian menghampiri hidup kami. Luka demi luka terjadi, rasanya tak tertahankan.
Persahabatan kamipun dilanda prahara (duuuhhh… bahasanya… hehehe… jadul bener). Berbagai kesalah-pahaman terjadi, merenggangkan hubungan kami.
Apalagi setelah Treasure menjalin hubungan yang sangat serius dengan pria pilihannya.
Sayangnya, Saya tidak merasa ‘secure’ menyerahkan sahabat saya dalam tanggung jawabnya untuk selama-lamanya. Tahun-tahun itu adlah tahun-tahun di mana saya begitu terluka, kesepian, dan kehilangan Treasure.
Saya tidak lagi percaya kepada persahabatan.
Tahun-tahun itu saya sering bermimpi tentang dia, saya menangis waktu salah satu mimpi kami yaitu bikin album rekaman bersama akhirnya terwujud, tetapi dia tidak ada bersama Saya bernyanyi bersama dalam album itu. Saya ingat pulang dari studio malam itu, Saya nangis sejadi-jadinya di kamar mandi (krn takut ketahuan suami saya hehehe…) mengingat rekaman main-mainan kami yang pertama dan sekarang kembali saya bernyanyi… tanpa Treasure.
Tapi Tuhan ku adalah Tuhan yang mendengar.
Allahku adalah Allah yang memperhatikan. Chrismas lalu ada sebuah SMS dari Treasure, yang tidak saya sangka-sangka.
SMS itu kembali menyatukan kami dalam kegiatan bersama lagi.
Hari ini saya bersyukur… bahwa doa saya diperhatikan Tuhan.
Saya tidak pernah berdoa meminta kami bisa kembali seperti dulu.
Doa saya hanya memohon agar Tuhan menjaga Treasure melewati semua yang terjadi dalam hidupnya.
Saya berharap dia selalu happy dan tersenyum. Tetapi Tuhan memberi lebih.
Saya melihat Treasure menjadi seseorang yang lebih bijaksana hari ini.
Dia melewati berbagai kesedihan dan dia bertahan sampai hari ini.
Hhhhmmm… that’s my girl!!! hehehhe… Rahmat Tuhan tercurah penuh atas hidupnya dan tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan dia sendiri. Saya banyak membuat kesalahan terhadap dia, dan dia menerima saya kembali sebagai sahabatnya.
Di masa paskah ini, pemulihan persahabatan kami, menjadi salah satu bagian pemulihan hubungan saya dengan Tuhan juga.
Kalau dia saya bisa mengampuni segala kesalahan saya… apalagi Tuhan Allah di surga…!!!
My dear Treasure… thanks for everything we’ve been through. We may going through different ways these past few years.
But what we have today, is the meaning of friendship.
Excepting one another just the way we are and celebrating our presence each other. Love you sist… and May the Good Lord always bless our friendship. My pray for you always.
-dedicated to Treasure-
on Lent Time 2008.
Comments